Selasa, 04 September 2012

Materi Paskibraka Bantimurung


Materi Paskibraka Bantimurung



SEJARAH



Pengibar Bendera pusaka yang pertama adalah Bapak Latief Hendradiningrat dan Suhud S. Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-2. Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Bapak Mayor ( L) Husein Mutahar untuk bertugas dan memimpin Upacara Peringataan Kemerdekaan RI ke-2 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta tanggal 17 Agustus 1946.

Gagasan yanga ada dibenak beliau adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau memilih 5 orang pemuda sebagai simbol Pancasila, 3 orang putri dan 2 orang putra. Salah satunya adalah Titik Dewi pelajar SMA dari Sumatera Barat, yang tinggal di Yogyakarta. Formasi pengibaran tersebut dilakukan juga pada tahun 1947 dan tahun 1948.

Peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama kalinya dilaksanakan di Istana Negara Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran bendera ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

Tanggal 5 Agustus 1966 Bapak H. Mutahar menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka/ Dirjen UDAKA, yang salah satu kegiatannya adalah Pandu Indonesia ber-Pancasila, sempat dua kali diadakan yaitu tahun 1966-1967, kemudian diuji cobakan untuk kurikulum pembinaan, Pasukan Penggerek Bendera Pusaka 1967, dengan menggunakan sistem pendekatan Keluarga Bahagia yang penerapannya berupa gambaran Desa Bahagia.

Tahun 1967 Bapak H. Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan pelaksanaan Pengibaran Bendera Pusaka pada Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI dengan ide dasar tahun 1946, maka beliau mengembangkan menjadi 3 kelompok :



· Kelompok 17 / pengiring ( pemandu )

· Kelompok 8 / pembawa ( inti )

· Kelompok 45 / pengawal



Sebagai makna dari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Tahun 1967 s.d 1972 anggota yang terlibat dalam pengibaran Bendera Pusaka disebut sebagai Pasukan Penggerek Bendera Pusaka ( PASERAKA ). Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaiman melontarkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( PASKIBRAKA ).



PASKIBRAKA adalah PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA

Satu pasukan pemuda dari seluruh Indonesia yang mewakili Provinsi dengan jumlah 54 orang bertugas untuk mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka, atau pemuda perwakilan Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II untuk bertugas di daerahnya masing-masing.



DASAR

1. Rasa senasib, sepenanggungan dan seperjuangan.

2. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan

3. Rasa persatuan dan kesatuan menuju pertahanan dan keamanan.



MAKSUD DAN TUJUAN

Diadakannya Paskibraka adalah untuk menumbuhkan kembali jiwa Pandu yang mana bila dia pandu adalah:

· Pembuat Karya

· Pelopor perjuangan bangsa

· Pemacu semangat

· Pertahanan negeri

· Pembentuk persaudaraan

· Jiwa Pandu tercermin dari bara api yang dibentuknya, bara api itu semakin membara apabila dipadukan seluruhnya dan dia akan membentulk satu jiwa, yaitu Jiwa KORSA : Berani, Kritis, Kreatif, Berdisiplin, Bertatakrama, non Pribadi, Terbuka dan sebagainya.



TUJUAN

1. Membentuk pemuda yang bermental baik.

2. Membentuk persaudaraan antara pemuda .

3. Menjadikan pemuda sebagai pelopor dan Pandu Ibu Pertiwi.

MAKNA LAMBANG ANGGOTA PASKIBRAKA

Setangkai bunga teratai yang mekar dan dikelilingi oleh gelang rantai, yang mana rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat, berjumlah 16 mata rantai bulat dan 16 mata rantai belah ketupat.

Makna dari lambang tersebut adalah :

a. Lambang berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang berkembang dan membangun.

b. Bunga teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga), bermakna belajar, bekerja, dan berbakti.

c. Bunga teratai berkelopak 3 (tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.

d. Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air.

Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar